Proses bertemunya sperma dan sel telur tak selalu mulus. Pada kondisi tertentu, posisi hubungan intim perlu juga diperhatikan.
Ketika sperma “lamban.” Faktor kesuburan 40% dipengaruhi oleh faktor sperma. Seperti, kesehatan sperma dan kecepatannya cukup baik atau tidak. Sebab, paling tidak sperma harus sampai ke sel telur dalam 2x24 jam. Jika tidak, maka sperma tersebut akan mati sebelum sempat membuahi. Kerja sama yang baik diperlukan dalam proses pembuahan.
Jika sperma cukup baik, ia masih membutuhkan lendir rahim yang baik. Karena, dalam kondisi sperti inilah, sperma akan berenang dengan cepat, sehingga ia dapat mencapai sel telur dengan mudah. Bagaimana jika sperma lamban (astenozoospremia)? Jangan khawatir, karena masih ada jalan untuk bisa membuahi, yaitu jika segerombolan sperma sempat “menggenang” di tempat yang menguntungkan. Dengan begitu perjalanannya menuju ke saluran telur. Agar sperma bisa cukup lama menggenang di tempat yang ‘strategis,’ posisi hubungan intim layak diperhatikan. Jika tidak berada di tempat itu cukup lama, dikhawatirkan sekelompok sperma yang lamban tadi tak sempat ‘berenang’ menuju sasaran. Mereka keburu mati, sehingga pembuahan tidak terjadi.
Ketika rahim “terbalik.” Meskipun sperma lamban, namun bila posisi leher rahim cukup menunjang, maka pembuahan masih akan lebih mudah terjadi. Sebab, ‘genangan’ di tempat yang 'strategis' itu tak akan terjadi, jika posisi rahim juga tidak menunjang. Posisi rahim seperti apa? 7% uterus (rahim) wanita berposisi antefleksi, yaitu leher rahimnya lebih mengarah ke belakang. Dalam posisi normal ini, jika pasangan selesai melakukan hubungan intim, maka sperma akan menggenang di sana dan memudahkan perjalanan sperma menuju sel telur.
Dalam posisi rahim seperti ini, kondisi sperma yang kurang gesit pun akan tertolong. Repotnya, ada sekitar 30% wanita yang posisi rahimnya disebut retrofleksi, atau disebut ‘terbalik.’ Kondisi ini bisa diketahui melalui periksa dalam oleh dokter kandungan. Jika kebetulan sperma yang akan membuahi sel telurnya juga ’lamban,’ maka kondisi rahim ‘terbalik’ ini memang tidak menguntungkan. Mengapa? Pada kondisi rahim yang ‘terbalik’ setelah hubungan intim biasanya cairan sperma (yang pada dasarnya memang sudah lamban) seolah-olah tumpah keluar tanpa sempat membuahi. Jadi, tak heran jika ada sebagian orang yang mengeluh sehabis berhubungan intim spermanya seperti tumpah semua. Pembuahan pun jadi semakin sulit terjadi.
Posisi yang tepat. Pada kondisi-kondisi seperti inilah posisi hubungan intim perlu diperhitungkan. Artinya, dengan posisi hubungan intim yang menunjang, diharapkan sperma yang sudah lamban itu bisa terbantu.
Ketika sperma “lamban.” Faktor kesuburan 40% dipengaruhi oleh faktor sperma. Seperti, kesehatan sperma dan kecepatannya cukup baik atau tidak. Sebab, paling tidak sperma harus sampai ke sel telur dalam 2x24 jam. Jika tidak, maka sperma tersebut akan mati sebelum sempat membuahi. Kerja sama yang baik diperlukan dalam proses pembuahan.
Jika sperma cukup baik, ia masih membutuhkan lendir rahim yang baik. Karena, dalam kondisi sperti inilah, sperma akan berenang dengan cepat, sehingga ia dapat mencapai sel telur dengan mudah. Bagaimana jika sperma lamban (astenozoospremia)? Jangan khawatir, karena masih ada jalan untuk bisa membuahi, yaitu jika segerombolan sperma sempat “menggenang” di tempat yang menguntungkan. Dengan begitu perjalanannya menuju ke saluran telur. Agar sperma bisa cukup lama menggenang di tempat yang ‘strategis,’ posisi hubungan intim layak diperhatikan. Jika tidak berada di tempat itu cukup lama, dikhawatirkan sekelompok sperma yang lamban tadi tak sempat ‘berenang’ menuju sasaran. Mereka keburu mati, sehingga pembuahan tidak terjadi.
Ketika rahim “terbalik.” Meskipun sperma lamban, namun bila posisi leher rahim cukup menunjang, maka pembuahan masih akan lebih mudah terjadi. Sebab, ‘genangan’ di tempat yang 'strategis' itu tak akan terjadi, jika posisi rahim juga tidak menunjang. Posisi rahim seperti apa? 7% uterus (rahim) wanita berposisi antefleksi, yaitu leher rahimnya lebih mengarah ke belakang. Dalam posisi normal ini, jika pasangan selesai melakukan hubungan intim, maka sperma akan menggenang di sana dan memudahkan perjalanan sperma menuju sel telur.
Dalam posisi rahim seperti ini, kondisi sperma yang kurang gesit pun akan tertolong. Repotnya, ada sekitar 30% wanita yang posisi rahimnya disebut retrofleksi, atau disebut ‘terbalik.’ Kondisi ini bisa diketahui melalui periksa dalam oleh dokter kandungan. Jika kebetulan sperma yang akan membuahi sel telurnya juga ’lamban,’ maka kondisi rahim ‘terbalik’ ini memang tidak menguntungkan. Mengapa? Pada kondisi rahim yang ‘terbalik’ setelah hubungan intim biasanya cairan sperma (yang pada dasarnya memang sudah lamban) seolah-olah tumpah keluar tanpa sempat membuahi. Jadi, tak heran jika ada sebagian orang yang mengeluh sehabis berhubungan intim spermanya seperti tumpah semua. Pembuahan pun jadi semakin sulit terjadi.
Posisi yang tepat. Pada kondisi-kondisi seperti inilah posisi hubungan intim perlu diperhitungkan. Artinya, dengan posisi hubungan intim yang menunjang, diharapkan sperma yang sudah lamban itu bisa terbantu.
- Posisi missionary. Untuk bisa membuat sperma menggenang agak lama di tempat yang ‘strategis,’ banyak ahli mengatakan posisi missionary (posisi hubungan intim dengan pria di atas) merupakan posisi terbaik. Posisi ini memang memungkinkan penetrasi yang dalam untuk mengantarkan sperma sedekat mungkin ke leher rahim, dan menggenang agak lama di sana. Namun, posisi ini cocok jika posisi leher rahim normal (antefleksi).
- Posisi berlutut. Bagi mereka yang rahimnya ‘terbalik,’ maka posisi hubungan intim yang disarankan adalah menungging (berlutut), dengan pria di belakang. Posisi seperti ini diharapkan membantu ‘mengantarkan’ sperma sedekat mungkin ke tempat yang ‘strategis’ untuk menggenang di sana, sehingga bisa cepat sampai ke saluran telur.
- Setelah berhubungan intim, ganjal bokong istri dengan bantal beberapa saat sehingga sperma yang baru masuk diharapkan akan tergenang di bagian belakang lebih lama.
- Calon ibu yang merasa sulit melakukan pembuahan, dianjurkan untuk berdiam sejanak setelah berhubungan intim. Jangan terburu-buru turun dari tempat tidur dan tetap berbaring sekitar setengah hingga satu jam. Dengan cara ini, mudah-mudahan sperma tadi sempat menggenang cukup lama di tempat yang ‘strategis’ sehingga dapat mencapai tujuan.
0 komentar:
Posting Komentar