Gejolak syahwat dirundung nafsu
Mengebu-gebu biaskan rindu
Bukan maksud tak harapkan kamu
Tak ingin ku terjebak cinta semu
Biarkan perlahan hasrat ini hilang
Terbang dikeheningan malam
Kuyakin cinta sejati kan datang
Penuh halal curahkan asa terpendam
Meredam nafsu hempaskan khayalan
Kita lakukan demi raih kebahagiaan
Walau bias cinta ini tetap tertahan
Kita lunasi setelah pernikahan
Namun keputusan adalah milikNya
Walau kerahkan daya dan upaya
Bersabar ikhtiar dalam doa
Demi raih asa bersama
Duhai ukhti jangan kau kecewa
Bila ku tak kuasa hadapi semua
Relakan biasnya cinta dalam asa
Bersama dia kau kan bahagia
Biarkan ku hanyut dalam tafakur
Karena cintaku yang tak terukur
Melalui syair nurani ini kusadur
Takkan goyah walau harapan hancur
Duhai Rabbi penguasa hati ini
Siram jiwaku dan terangi
Hapus riak sedih dalam sepi
Menghirup sejuk udara pagi
Afwan bila ku tak setangguh dugaanmu
Karena ku bersandar pada Rabbku...
Diriku lemah yang fakir lagi hina
Takkan bisa hadiahkan harta dunia
Segenggam asa kan tetap ada
Walau nanti lain bentuknya
Cintaku ini Lillahi Ta'ala
Kau pun rasakan getarannya
Berbahagia dan bersyukurlah
Meskipun aku bukan pendampingmu
Jadikan cintanya sebagai wadah
Tempatmu cengkrama tuangkan rindu
Waktu bergulir teramat cepat
Hentakkan nafas membiru dahsyat
Duhai Mujahidah calon bidadari
Kurasa kau paham pesanku ini
Diriku kaku membatu rindu padamu
Menanti rapi elegi mentari pagi...
By : Pujangga Miskin Al Ghuroba' (based on a True Story)
************************** ************************** ****
Perlahan malam menggantikan siang dan mentari berganti rembulan. Telah berjuta kali hatinya meminta, lalu ia terjatuh dan merangkak dalam kegelapan. Harapannya timbul tenggelam karena sang ikhwan terus menatapnya dari balik hijab dan menunggu... guna mengucapkan kata yang sama. Tapi sang akhwat tiada merasa perlu mengatakannya karena cinta yang dia berikan kepada ikhwan itu telah ternoda oleh nafsu. Akhwat hanya berharap ada secercah cahaya yang memberinya kekuatan untuk bangkit. Bangkit dari harapan tak bertepi yang melahirkan fenomena kehidupan. Akhirnya Allah mengabulkan pintanya dalam cahaya remang misyqat bening di tembok surga...
Kini akhwat tahu bahwa dirinya tak lagi menjadi harapan bagi sang ikhwan... Alam menceritakan bahwa sang ikhwan telah ghadul bashar bahkan dari jarak ribuan kilometer. Bahwa sang ikhwan telah tegas seperti sedia kala ketika harus berhadapan dalam agenda dakwah. Bahwa sang ikhwan semakin khusyuk dalam munajat dan ikhtiarnya mendekati Allah. Bahwa sang ikhwan telah menjadikan Allah sebagai tumpuannya dalam setiap sujud dan takbir. Bahwa sang ikhwan semakin karib dengan ayat-ayat Al-Qur'an dan tadabburnya. Subhanallah...
Perlahan airmata akhwat menitik mendengar alam mengisahkan. Akhwat tahu ia sedih sekali mengetahui kini dirinya tiada lagi yang mencinta, tapi ia juga bahagia dirinya yang dhoif dan fana ini tak mengotori hati ikhwan yang khusyuk bermunajat... pada Sang Ilahi Rabbi. Kini ia tahu bahwa mereka saling mengikhlaskan satu sama lainnya karena cinta mereka pada Allah. Mereka ada untuk Allah dan akan selamanya seperti itu. Kini hijab hijau yang terhampar diantara keduanya panjang terbentang dan tidak akan terbuka selama-lamanya kecuali takdir Allah mengatakan berbeda.
Akhwat itu tersenyum pada Allah dalam tangis malamnya. Akhwat itu menangis haru pada Allah dalam relung hatinya. Karena mereka tahu rasanya mengikhlaskan kekasih yang dicinta demi Allah Azza wa Jalla... Subhanallah...
Setiap malam akhwat berdoa agar dirinya terjauh dari itu semua. Isak tangis menemani malam-malamnya kala meminta. Ia merintih dalam bisu... Ia mengakui pada Yang Maha Mengetahui segala isi hati, bahwa ia memang sulit melepaskan ikhwan yang ...telah bersemayam di hatinya, tapi ia juga ingin membuangnya jauh-jauh dari segala harapnya. Ia menangis karena ia terlalu lemah untuk meminta sesuatu yang bertentangan dengan hatinya. Ia meminta dijauhkan dari ikhwan itu padahal ia tahu persis ia telah terlajur mencintai ikhwan itu dari relung hatinya. Ikhwan yang bertalenta itu telah menjadi bagian hatinya... Tapi ia tidak bisa meninggalkan ikhwan itu menetap di hatinya... Ia harus melepaskan ikhwan itu dari hatinya, demi cintanya pada Sang Khalik. Ia akan mengikhlaskan ikhwan itu kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala... Jika mereka harus berpisah maka ia rela berpisah demi Allah Azza wa Jalla...
************************** ************************** ****
Hati-hatilah dengan perangkap syetan yang memang sangat ahli membisik-bisikkan sesuatu ke dalam hati manusia agar dia menjadi khawatir, ragu, dan berpaling dari kebenaran, termasuk dalam hal jodoh. Banyak orang yang menjadi buta dan tidak mengindahkan nasihat orang lain saat hatinya dilanda perasaan tak menentu. Kegundahan ini sebenarnya bisa berubah menjadi ketenteraman dan ketenangan jika kita memperhatikan beberapa hal.
Pertama, husnuzhan-lah (berbaik sangka) kepada Allah. Takdir apapun yang Allah tetapkan untuk kita, itu adalah hak Allah sepenuhnya. Dan yakinlah, ketentuan Allah adalah hal terbaik bagi kita.
Kedua, doa dan istighfar adalah senjata terampuh bagi setiap permasalahan yang kita hadapi. Teruslah memohon ampun pada-Nya karena siapa tahu apa yang menimpa kita merupakan buah dari kesalahan-kesalahan kita.
Maka sepantasnyalah kita memohon ampun terlebih dahulu sebelum kita menyampaikan keinginan-keinginan kita kepada Allah. Mintalah pasangan pilihan Allah untuk menjadi jodoh kita.
Ketiga, sempurnakan dengan amalan, yaitu tekun berpuasa. Bukankah itu yang dianjurkan oleh Rasulullah bagi para lajang selama mereka belum mendapatkan pasangan? Puasa dapat membantu kita untuk mengontrol hati sehingga tidak mengalami kekecewaan berkepanjangan.
Keempat, jangan menyendiri! Berkumpullah dengan orang-orang yang taat dan shalih yang dapat membangkitkan semangat kebaikan pada diri kita.
Kelima, pilihlah seseorang yang amanah dan takwa untuk dijadikan sebagai teman curhat yang bisa memberikan solusi yang tepat dan benar sesuai dengan tuntunan agama.
Kita berharap, semoga kegundahan yang dialami si Fulan atau Fulanah yang sedang menanti jodoh berubah menjadi ketenteraman dan ketenangan sehingga membuat mereka menjadi semakin produktif.
Yakinlah, bahwa Allah Mahatahu atas kebutuhan kita dibanding kita sendiri...
Wallahu a'lam bishawab...
Dari Sahabat : By Pujangga Miskin
Mengebu-gebu biaskan rindu
Bukan maksud tak harapkan kamu
Tak ingin ku terjebak cinta semu
Biarkan perlahan hasrat ini hilang
Terbang dikeheningan malam
Kuyakin cinta sejati kan datang
Penuh halal curahkan asa terpendam
Meredam nafsu hempaskan khayalan
Kita lakukan demi raih kebahagiaan
Walau bias cinta ini tetap tertahan
Kita lunasi setelah pernikahan
Namun keputusan adalah milikNya
Walau kerahkan daya dan upaya
Bersabar ikhtiar dalam doa
Demi raih asa bersama
Duhai ukhti jangan kau kecewa
Bila ku tak kuasa hadapi semua
Relakan biasnya cinta dalam asa
Bersama dia kau kan bahagia
Biarkan ku hanyut dalam tafakur
Karena cintaku yang tak terukur
Melalui syair nurani ini kusadur
Takkan goyah walau harapan hancur
Duhai Rabbi penguasa hati ini
Siram jiwaku dan terangi
Hapus riak sedih dalam sepi
Menghirup sejuk udara pagi
Afwan bila ku tak setangguh dugaanmu
Karena ku bersandar pada Rabbku...
Diriku lemah yang fakir lagi hina
Takkan bisa hadiahkan harta dunia
Segenggam asa kan tetap ada
Walau nanti lain bentuknya
Cintaku ini Lillahi Ta'ala
Kau pun rasakan getarannya
Berbahagia dan bersyukurlah
Meskipun aku bukan pendampingmu
Jadikan cintanya sebagai wadah
Tempatmu cengkrama tuangkan rindu
Waktu bergulir teramat cepat
Hentakkan nafas membiru dahsyat
Duhai Mujahidah calon bidadari
Kurasa kau paham pesanku ini
Diriku kaku membatu rindu padamu
Menanti rapi elegi mentari pagi...
By : Pujangga Miskin Al Ghuroba' (based on a True Story)
**************************
Perlahan malam menggantikan siang dan mentari berganti rembulan. Telah berjuta kali hatinya meminta, lalu ia terjatuh dan merangkak dalam kegelapan. Harapannya timbul tenggelam karena sang ikhwan terus menatapnya dari balik hijab dan menunggu... guna mengucapkan kata yang sama. Tapi sang akhwat tiada merasa perlu mengatakannya karena cinta yang dia berikan kepada ikhwan itu telah ternoda oleh nafsu. Akhwat hanya berharap ada secercah cahaya yang memberinya kekuatan untuk bangkit. Bangkit dari harapan tak bertepi yang melahirkan fenomena kehidupan. Akhirnya Allah mengabulkan pintanya dalam cahaya remang misyqat bening di tembok surga...
Kini akhwat tahu bahwa dirinya tak lagi menjadi harapan bagi sang ikhwan... Alam menceritakan bahwa sang ikhwan telah ghadul bashar bahkan dari jarak ribuan kilometer. Bahwa sang ikhwan telah tegas seperti sedia kala ketika harus berhadapan dalam agenda dakwah. Bahwa sang ikhwan semakin khusyuk dalam munajat dan ikhtiarnya mendekati Allah. Bahwa sang ikhwan telah menjadikan Allah sebagai tumpuannya dalam setiap sujud dan takbir. Bahwa sang ikhwan semakin karib dengan ayat-ayat Al-Qur'an dan tadabburnya. Subhanallah...
Perlahan airmata akhwat menitik mendengar alam mengisahkan. Akhwat tahu ia sedih sekali mengetahui kini dirinya tiada lagi yang mencinta, tapi ia juga bahagia dirinya yang dhoif dan fana ini tak mengotori hati ikhwan yang khusyuk bermunajat... pada Sang Ilahi Rabbi. Kini ia tahu bahwa mereka saling mengikhlaskan satu sama lainnya karena cinta mereka pada Allah. Mereka ada untuk Allah dan akan selamanya seperti itu. Kini hijab hijau yang terhampar diantara keduanya panjang terbentang dan tidak akan terbuka selama-lamanya kecuali takdir Allah mengatakan berbeda.
Akhwat itu tersenyum pada Allah dalam tangis malamnya. Akhwat itu menangis haru pada Allah dalam relung hatinya. Karena mereka tahu rasanya mengikhlaskan kekasih yang dicinta demi Allah Azza wa Jalla... Subhanallah...
Setiap malam akhwat berdoa agar dirinya terjauh dari itu semua. Isak tangis menemani malam-malamnya kala meminta. Ia merintih dalam bisu... Ia mengakui pada Yang Maha Mengetahui segala isi hati, bahwa ia memang sulit melepaskan ikhwan yang ...telah bersemayam di hatinya, tapi ia juga ingin membuangnya jauh-jauh dari segala harapnya. Ia menangis karena ia terlalu lemah untuk meminta sesuatu yang bertentangan dengan hatinya. Ia meminta dijauhkan dari ikhwan itu padahal ia tahu persis ia telah terlajur mencintai ikhwan itu dari relung hatinya. Ikhwan yang bertalenta itu telah menjadi bagian hatinya... Tapi ia tidak bisa meninggalkan ikhwan itu menetap di hatinya... Ia harus melepaskan ikhwan itu dari hatinya, demi cintanya pada Sang Khalik. Ia akan mengikhlaskan ikhwan itu kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala... Jika mereka harus berpisah maka ia rela berpisah demi Allah Azza wa Jalla...
**************************
Hati-hatilah dengan perangkap syetan yang memang sangat ahli membisik-bisikkan sesuatu ke dalam hati manusia agar dia menjadi khawatir, ragu, dan berpaling dari kebenaran, termasuk dalam hal jodoh. Banyak orang yang menjadi buta dan tidak mengindahkan nasihat orang lain saat hatinya dilanda perasaan tak menentu. Kegundahan ini sebenarnya bisa berubah menjadi ketenteraman dan ketenangan jika kita memperhatikan beberapa hal.
Pertama, husnuzhan-lah (berbaik sangka) kepada Allah. Takdir apapun yang Allah tetapkan untuk kita, itu adalah hak Allah sepenuhnya. Dan yakinlah, ketentuan Allah adalah hal terbaik bagi kita.
Kedua, doa dan istighfar adalah senjata terampuh bagi setiap permasalahan yang kita hadapi. Teruslah memohon ampun pada-Nya karena siapa tahu apa yang menimpa kita merupakan buah dari kesalahan-kesalahan kita.
Maka sepantasnyalah kita memohon ampun terlebih dahulu sebelum kita menyampaikan keinginan-keinginan kita kepada Allah. Mintalah pasangan pilihan Allah untuk menjadi jodoh kita.
Ketiga, sempurnakan dengan amalan, yaitu tekun berpuasa. Bukankah itu yang dianjurkan oleh Rasulullah bagi para lajang selama mereka belum mendapatkan pasangan? Puasa dapat membantu kita untuk mengontrol hati sehingga tidak mengalami kekecewaan berkepanjangan.
Keempat, jangan menyendiri! Berkumpullah dengan orang-orang yang taat dan shalih yang dapat membangkitkan semangat kebaikan pada diri kita.
Kelima, pilihlah seseorang yang amanah dan takwa untuk dijadikan sebagai teman curhat yang bisa memberikan solusi yang tepat dan benar sesuai dengan tuntunan agama.
Kita berharap, semoga kegundahan yang dialami si Fulan atau Fulanah yang sedang menanti jodoh berubah menjadi ketenteraman dan ketenangan sehingga membuat mereka menjadi semakin produktif.
Yakinlah, bahwa Allah Mahatahu atas kebutuhan kita dibanding kita sendiri...
Wallahu a'lam bishawab...
Dari Sahabat : By Pujangga Miskin
0 komentar:
Posting Komentar